Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 22 November 2015

Masihkah Membeda-bedakan Rasa Kemanusiaan Masyarakat Dunia?



Masihkah Membeda-bedakan Rasa Kemanusiaan Masyarakat Dunia?

Masih ingatkah tentang tragedi terorisme yang sempat mencekam warga Paris, Perancis? Ya, sebuah terror yang terjadi pada tanggal 13 November 2015 lalu telah menghebohkan masyarakat Paris dan juga masyarakat dunia. Tempat terjadinya teror ini berada di lokasi yang berbeda, yaitu di sekitaran Stadium State de France, gedung Konser Bataclan, Rue Bichat, Av. De la Republique, Bd. Voltaire, Rue Charonne, dan Bld Beaumarchais. Dalam kejadian terorisme ini, dikabarkan bahwa terdapat korban tewas sekitar 130 orang dan 100 orang lebih mengalami luka-luka. Karena kejadian ini, Paris menjadi sorotan dunia dan mendapat ribuan bahkan jutaan simpatisan yang turut serta berduka akibat kejadian tersebut.
Apa yang terjadi di Paris, sontak menjadi perhatian dunia terutama dalam hal keamanan negara masing-masing, karena hal ini bisa saja terjadi di negara manapun. Hal ini menjadi sebuah ancaman bahwa terorisme sedang menjalankan aksinya. Pagi negara Perancis sendiri, dengan adanya kejadian ini, maka pemerintah langsung meningkatkan keamanan karena ditakutkan adnya serangan terorisme yang akan datang kembali. Pemerintah dan masyarakat dunia pun ikut serta dalam hal menjaga keamanan di wilayah Paris ini.
Namun, dalam pandangan teori kritis, mengapa saat terorisme terjadi di Paris, semua masyarakat dunia menangis, tetapi pada terorisme yang terjadi di Palestina akibat serangan Israel hampir semua masyarakat dunia menutup mata? Ancaman yang diterima masyarakat Palestina selama bertahun-tahun seolah hanya sebuah berita yang biasa saja. Entah apa yang berbeda dengan terorisme di Paris, sehingga rasa kemanusiaan, dukungan, dan rasa simpati yang diberikan masyarakat dunia pun berbeda pula. Bukankah apa yang dialami oleh para penduduk Palestina jauh lebih mencekam daripada yang terjadi di Paris?
Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa apa yang terjadi di Palestina merupakan bentuk kesalahan mereka sendiri terhadap Israel, sedangkan yang terjadi di Paris memang nurni bentuk terorisme yang secara langsung menimbulkan ancaman bagi warga Paris. Akan tetapi, dalam melakukan suatu terror itu pastilah karena ada sebab tertentu. Tidak mungkin ada suatu kelompok yang akan menyerang kelompok lain apabila tidak adanya perbedaan yang menyebabkan kesenjangan diantara mereka, dan begitupun yang terjadi di Palestina dan Paris. Apa yang terjadi di Palestina dan Paris merupakan bentuk kekejaman dunia. Banyak masyarakat yang meninggal akibat kejadian terorisme tersebut. tidak ada yang perlu di beda-bedakan dalam memberi rasa kemanusiaan bagi kedua wilayah tersebut.
Tidak hanya terorisme di Paris yang menimbulkan banyak korban jiwa, akan tetapi di Palestina pun sama. Banyak warga Palestina yang meninggal, tidak hanya orang dewasa, namun penduduk sipil juga banyak yang meninggal akibat serangan dari Israel tersebut. Banyak anak-anak yang meninggal dan kehilangan keluarganya sehingga membuat mereka harus hidup sendiri. Anak-anak menjadi korban kekejaman Israel, mereka harus merelakan masa kecil mereka dengan rasa ketakutan dan trauma yang berkepanajangan. Lalu, dimana rasa kemanusiaan masyarakat dunia untuk penduduk Palestina ini? Mengapa semua berbondong-bondong berduka cita ketika Paris tengah mencekam, namun ketika dihadapkan pada Palestina, semua diam? Inilah yang harus kembali dipikirkan dalam memberi rasa kemanusiaan, bahwa suatu kepedulian itu tidak hanya melalui kata-kata dan hanya pada saat beritanya sedang di muat dimana-mana, namun kepedulian itu bagaimana kita bersikap dan mendukung segala bentuk ancaman yang terjadi dimanapun, tanpa membeda-bedakan siapa yang mengalami terror tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar