Masih
ingatkah tentang tragedi terorisme yang sempat mencekam warga Paris, Perancis?
Ya, sebuah terror yang terjadi pada tanggal 13 November 2015 lalu telah
menghebohkan masyarakat Paris dan juga masyarakat dunia. Tempat terjadinya
teror ini berada di lokasi yang berbeda, yaitu di sekitaran Stadium State de
France, gedung Konser Bataclan, Rue Bichat, Av. De la Republique, Bd. Voltaire,
Rue Charonne, dan Bld Beaumarchais. Dalam kejadian terorisme ini, dikabarkan
bahwa terdapat korban tewas sekitar 130 orang dan 100 orang lebih mengalami
luka-luka. Karena kejadian ini, Paris menjadi sorotan dunia dan mendapat ribuan
bahkan jutaan simpatisan yang turut serta berduka akibat kejadian tersebut.
Apa
yang terjadi di Paris, sontak menjadi perhatian dunia terutama dalam hal
keamanan negara masing-masing, karena hal ini bisa saja terjadi di negara
manapun. Hal ini menjadi sebuah ancaman bahwa terorisme sedang menjalankan
aksinya. Pagi negara Perancis sendiri, dengan adanya kejadian ini, maka
pemerintah langsung meningkatkan keamanan karena ditakutkan adnya serangan
terorisme yang akan datang kembali. Pemerintah dan masyarakat dunia pun ikut
serta dalam hal menjaga keamanan di wilayah Paris ini.
Namun,
dalam pandangan teori kritis, mengapa saat terorisme terjadi di Paris, semua
masyarakat dunia menangis, tetapi pada terorisme yang terjadi di Palestina
akibat serangan Israel hampir semua masyarakat dunia menutup mata? Ancaman yang
diterima masyarakat Palestina selama bertahun-tahun seolah hanya sebuah berita
yang biasa saja. Entah apa yang berbeda dengan terorisme di Paris, sehingga
rasa kemanusiaan, dukungan, dan rasa simpati yang diberikan masyarakat dunia
pun berbeda pula. Bukankah apa yang dialami oleh para penduduk Palestina jauh
lebih mencekam daripada yang terjadi di Paris?
Mungkin
sebagian orang berpendapat bahwa apa yang terjadi di Palestina merupakan bentuk
kesalahan mereka sendiri terhadap Israel, sedangkan yang terjadi di Paris
memang nurni bentuk terorisme yang secara langsung menimbulkan ancaman bagi
warga Paris. Akan tetapi, dalam melakukan suatu terror itu pastilah karena ada
sebab tertentu. Tidak mungkin ada suatu kelompok yang akan menyerang kelompok
lain apabila tidak adanya perbedaan yang menyebabkan kesenjangan diantara
mereka, dan begitupun yang terjadi di Palestina dan Paris. Apa yang terjadi di
Palestina dan Paris merupakan bentuk kekejaman dunia. Banyak masyarakat yang
meninggal akibat kejadian terorisme tersebut. tidak ada yang perlu di
beda-bedakan dalam memberi rasa kemanusiaan bagi kedua wilayah tersebut.
Tidak
hanya terorisme di Paris yang menimbulkan banyak korban jiwa, akan tetapi di
Palestina pun sama. Banyak warga Palestina yang meninggal, tidak hanya orang
dewasa, namun penduduk sipil juga banyak yang meninggal akibat serangan dari
Israel tersebut. Banyak anak-anak yang meninggal dan kehilangan keluarganya
sehingga membuat mereka harus hidup sendiri. Anak-anak menjadi korban kekejaman
Israel, mereka harus merelakan masa kecil mereka dengan rasa ketakutan dan
trauma yang berkepanajangan. Lalu, dimana rasa kemanusiaan masyarakat dunia
untuk penduduk Palestina ini? Mengapa semua berbondong-bondong berduka cita
ketika Paris tengah mencekam, namun ketika dihadapkan pada Palestina, semua
diam? Inilah yang harus kembali dipikirkan dalam memberi rasa kemanusiaan,
bahwa suatu kepedulian itu tidak hanya melalui kata-kata dan hanya pada saat
beritanya sedang di muat dimana-mana, namun kepedulian itu bagaimana kita
bersikap dan mendukung segala bentuk ancaman yang terjadi dimanapun, tanpa
membeda-bedakan siapa yang mengalami terror tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar